(MEMBACA GEJALA AWAL)
Apakah anda sering cemas tanpa sebab?
Pernahkah terlalu berlebihan memikirkan hal yang mungkin sepele? Pernahkah
merasa sedang terancam, was-was terkena sakit yang serius, tertekan oleh
keadaan tertentu dan bahkan kuatir kalau diserang orang?
Saya tidak membicarakan soal cemas dalam
keadaan umum yang pasti semua orang pernah. Ini cemas yang berbeda, yakni
ketika mengalaminya anda seakan sukar untuk berpikir waras. Kecemasan itu
bahkan sampai mempengaruhi anda secara fisik. Anda sampai lemas, susah
bernafas, mengalami gangguan tidur, emosional dan lain-lain. Itu tak terjadi
satu dua kali melainkan nyaris menjadi kondisi mental umum anda. Apakah anda
punya gejala demikian?
Jika ya maka mungkin anda seperti saya, dalam
kadar tertentu mengidap anxiety disorder.
Anxiety disorder adalah kondisi mental di mana
rasa cemas menyerang tanpa ada alasan yang jelas. Ia memiliki banyak spektrum.
Kadang ia mengiringi kondisi kejiwaan lainnya. Ada yang bisa mengatasinya
sendiri namun ada yang sampai perlu bantuan obat-obatan berat.
Saya nggak mau ngomong secara klinis karena
memang bukan bidang saya, tapi saya ingin seperperasaan dengan para
pengidapnya. Anxiety saya terparah adalah sekitar 10 tahunan silam. Sekarang
nampaknya udah jarang saya terkena. Kalaupun menyerang biasanya bisa reda dalam
satu dua hari. Saya juga sudah berhenti menggunakan obat. Ya karena tipe
tertentu dari gejalanya memang perlu obat keras.
Dari grup soal anxiety yang saya ikuti, saya
banyak melihat bahwa beberapa orang tidak tahu apa yang ia idap, dan repotnya
beberapa hidup di lingkungan yang judgemental. Para pengidap sering dihakimi
sebagai “berjiwa lemah, terlalu banyak mikir, kurang ibadah, dll.”
Malangnya si pengidap juga tidak terlalu cukup
mengenali dirinya. Terlihat dari cara berbahasa yang digunakan, pilihan kata
dan cara menulis. Saya percaya ketidakrapihan berbahasa juga cerminan
ketidakrapihan berpikir.
Anxiety tak hanya menyerang yang muda-muda
saja. Banyak juga yang sudah berkeluarga dan masih saja dihantui masalah ini.
Selain itu kondisi hormonal mungkin juga bisa berpengaruh.
Saya mengidap anxiety bersamaan dengan obsesif
kompulsif disorder. Setelah saya amati diri saya, ternyata kondisi itu memang
datangnya sewaktu-waktu. Di suatu saat saya bisa begitu cemas pada hal sepele
seperti keramaian orang nonton karnaval, tapi kadang juga bisa cukup tenang
ketika menghadapi ancaman pengeroyokan. Kondisi ini kadang tak konsisten.
Suatu ketika saya begitu tergantung obat untuk
membuat diri tenang. Soalnya kalau tidak, saya saat itu langsung lemas dan
serasa lumpuh. Saat bernapas jadi terasa berat, saya jadi panik dan merasa ajal
mau tiba. Relasi sosial juga terganggu karena saya merasa tak nyaman
berkomunikasi terbuka.
Perlu waktu 1 – 2 tahun untuk kembali bisa
mengontrol diri. Saya melakukan self therapy yang mana mungkin hanya cocok
untuk saya sendiri.
Berdasarkan pengalaman mengidap penyakit ini,
yang bisa saya sarankan antara lain:
·
Anxiety disorder
adalah kondsi klinis. Beberapa memerlukan bantuan profesional dan obat-obatan
yang terkontrol. Jangan coba mengasup obat-obatan itu di luar resep.
·
Lingkungan yang
suportif sangat penting. Anda berada dalam situasi psikologis dan sosial yang
sangat lemah. Hindari bertemu dengan manusia-manusia tipe pencela. Untuk
masalah pribadi komunikasilah sebatas teman yang empatik saja. Bagaimana jika
keluarga tidak suportif? Saran saya jangan berkomunikasi soal hal tersebut
dengan mereka. Mending ke teman dekat.
·
Obat menurut saya
hanya untuk menolong saat tubuh anda sangat kacau. Bukan untuk dijadikan asupan
terus menerus. Jadi anda musti melepas ketergantungan dengan terapi jangka
panjang.
·
Berlatihlah sikap
“bodo amat”. Susah memang tapi itu membantu.
·
Perbanyak hobi
atau kegiatan yang bikin anda super hepi.
·
Latihan fisik
teratur, yang meningkatkan daya tahan dan kekuatan. Kalau pengalaman saya diet
juga membantu menyetabilkan emosi.
·
Pilih pergaulan
yang baik dan suportif.
Begitu saja. Semoga dimudahkan dalam usaha
pemulihan.